Anda terbang ke: Home
»
tokoh
»MUHAMMAD AL-FATIH 1453 Episode 9: "Ben, Sultan Mehmed Khan"
MUHAMMAD AL-FATIH 1453Episode 9: "Ben, Sultan Mehmed Khan"
Pemuda 19 tahun itu menaiki kuda putihnya dengan tangkas, dia melemparkan tatapan yang dapat membaca isi pikiran pengikutnya. Tingginya sedang, badannya kekar terlatih, dan matanya memiliki ketajaman melihat lebih dari yang biasa dilihat mata. Wajahnya tampan, hidung bengkok khas turki, dengan tulang pipi atas dan cambang yang menambah maskulinitasnya. Mehmed II baru saja menerima kabar yang sangat membuat gundah gulana hatinya, ayahnya telah menghadap Allah Swt.
Maka melalui intelijen Utsmani, Mehmed II harus segera dipanggil ke Edirne untuk upacara penobatan sultan Utsmani. "Hanya mereka yang mencintaiku yang boleh mengikutiku!" Begitu ucapan terakhirnya saat bertolak dari Manisa menuju Edirne. Masih segar dalam pikirannya peristiwa tahun 1444 saat pertama kali ia dinobatkan sebagai sultan, ayahnya masih ada ketika itu. Saat itu dia masih berusia 12 tahun, namun Murad II melatihnya dengan praktek, tidak tanggung2, menjadi sultan Utsmani. Namun pengalamannya yang minim sebagai administrator negara membuat Mehmed II tak berkutik dihadapan serangan kaum kafir. Saat itu Mehmed II terpaksa memanggil ayahnya dan membantunya dalam berperang dengan pasukan gabungan Eropa dan Balkan.
Tahun 1444 di Varna, kekalahan mutlak pasukan kristen Eropa menjadi saksi kekuatan Murad II. Sejak itu, minimal 1o tahun kemudian, Hungaria, Serbia, Albania tak berani lagi mencoba mengusik ketenangan kaum Muslim. Sebuah kemenangan yang menjadi satu anak tangga lagi menuju Konstantinopel, warisan dari Murad II buat Mehmed II. Pasca kemenangan di Varna, Mehmed II yang begitu terobsesi akan Konstantinopel segera mengumumkan ambisinya. Bahwa sebentar lagi ia akan mengerahkan pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel. Tentu saja semua pejabat Utsmani berang. Mereka menganggap Mehmed II sudah gila, anak 12 tahun menyerang Konstantinopel!
Maka terjadilah pemberontakan internal karena menganggapnya hanya 'anak kemarin sore', masih sangat muda sekali. Saat itu Mehmed II memang belum merebut kepercayaan para pejabat dan tentaranya, agak terburu-buru memang. Halil Pasha, penasihat senior sultan Utsamani lalu menghasut pejabat2 untuk membangkang pada Mehmed, agar turun tahta. Maka kali pertama Mehmed II dinobatkan menjadi sultan hanya bertahan 2 tahun saja, pada 1446 Murad II kembali naik takhta.
Sejak itulah Mehmed II, kalah dan terhina, ditempatkan Murad II di kota Manisa untuk menimba lebih banyak ilmu disana. Bagi Mehmed II, kegagalan itu menjadi cambuk yang melejitkan kemampuan administrasi dan logistiknya lebih baik lagi. Pada 1448 Mehmed II mendampingi ayahnya pada perang Kosovo, dan membuktikan pada ayahnya bahwa ia sekarang berbeda.Murad menyadari anaknya yang tidak hanya ambisius tapi memiliki kekuatan, tidak hanya serius tapi juga cerdik. Itulah masa-masa yang lalu, sekarang pada 1451, Mehmed II lebih dari siap untuk memangku jabatan sultan Utsmani. 2 hari perjalanan ditempuhnya menuju Adrianopel (Edirne), sesampainya ia disana, ia disambut dengan sambutan duka. Rombongan Mehmed dari panglimanya, ulama-ulama dan para prajurit Islam yang sangat kuat, berjalan menuju panggung penobatan. Ketika petang Utsman diberikan kepadanya, sumpah kepada Allah untuk melindungi Muslim di wilayahnya terucap, maka dia sultan
"Seorang Muslim tak layak terperosok dalam lubang yang sama untuk kali kedua" begitu pesan Rasul yang dia ingat.
Maka Mehmed II segera melakukan tindakan pembenahan internal di tubuh pemerintahan dan terkhusus militernya. Mehmed II memadamkan pemberontakan lokal, mengganti kepala divisi, menempatkan kepercayaannya di setiap lini. Khusus kepada pejabat, ulama-ulama ditugaskan untuk melobi pejabat-pejabat agar ikhlas menjadikan pekerjaan sebagai ibadah. Sejak saat itu, Mehmed berusaha menjadikan ketakwaan kepada Allah sebagai pusat dari setiap aktivitas. Mendidik bahwa ketaatan kepada pemimpin bukanlah karena segan atau takut, melainkan karena itu adalah seruan Allah.
Beliau begitu memahami bahwa untuk menaklukkan Konstantinopel, harus ada panglima terbaik dan pasukan terbaik. Dan pasukan terbaik itu kini ia persiapkan untuk menyambut bisyarah Rasulullah SAW. Dan dia adalah Sultan Mehmed II Khan bin Murad, pemimpin pasukan terbaik penakluk Konstantinopel!
Bersambung...--- MAF1453 episode 10 : "The Royal Janissaries" ---
Sila berkokok