Episode 7: "Birth of The Promised Sultan"
Perlu 10 tahun bagi Mehmed I menyatukan keluarganya yg terserak akibat fitnah kekuasaan, membangun fondasi baru yg lebih kuat. Mehmed I menjadi Sultan generasi ke-5 Utsmani, termasuk seorang administrator negara dan negosiator yang cekap pula. Walau tak banyak penaklukkan yang terjadi pada zamannya, karena fokusnya pada reformasi internal dan soliditas pasukan. Murad II yang menggantikan ayahnya menjadi Sultan Utsmani ke-6, mewarisi segala persiapan yang dilakukan oleh ayahnya.
Murad II, Sultan ke-6 Utsmani
Pemuda cerdas berusia 18 tahun itu seorang yang lembut, penuh perhitungan, laksana Utsman bin Affan dalam jajaran shahabat.
Murad II saat latihan memanah sambil berkuda
Konon, Murad II sangat menyukai bahasa dan sejarah, ia banyak menerjemahkan kitab tafsir, tarikh dan adab ke dlm bahasa ibunya. Pada 1422, Murad menggelandang meriam2 besi berukuran standar yang masih jarang pada saat itu menuju tembok Konstantinopel
Jenis Meriam yang dibawa Murad II mengepung Konstantinopel pd 1422
Padahal usianya belum genap 20 tahun saat mengepung kota Konstantinopel, dan meminta agar kota itu diserahkan padanya. Seolah-olah pengepungan Konstantinopel adalah kewajiban pertanda baligh bagi keluarga Ustman, begitu Murad II melakukannya. Walau mengakibatkan guncangan pada kota, namun tembok Konstantinopel masih terlampau kokoh hanya untuk meriam biasa. Sadar dengan kenyataan bahwa selama senjata artileri tak berevolusi, maka tembok terlalu kukuh, Murad II mengangkat kepungan.
Berkali-kali pasukan salib dari Venesia, Hungaria, Serbia coba mengusik ketenangan kaum Muslim, namun pupus dihadapan Murad II. Bahkan Penguasa Karaman, wilayah Asia Utsmani memberontak pada Kesultanan Utsmani hanya berhasil gigit jari di depan Murad II. Dengan elegansi politik dan kelembutan militernya, Sultan Murad II membuat pasukan Italia mundur tunggang-langgang pada 1432. Serbia dijadikan wilayah vassal Utsmani pada 1439 dan sejak saat itu dunia barat mengetahui siapa sosok Murad II. Disegani kawan dan lawan, Dihormati munafik dan mukmin. Kerendahan hati Murad II berpadu dengan kekuatan insting perangnya
Pada masa Murad II, pendidikan betul2 diperhatikan, setiap distrik madrasah umum dibangun, dan ulama berdatangan ke tanahnya. Murad II juga mewajibkan pendidikan kepada muda-mudi Muslim, bahkan menyeru yg belum menikah membentuk pasukan azap (jejaka). Begitulah Murad II benar-benar membuat kaum kristen selalu memanjatkan doa agar umur Murad II dipendekkan. Lantunan tilawah Al-Qur'an terdengar syahdu sedan, ayat demi ayat mengalir tenang dari lisan ksatria Allah, Sultan Utsmani.
Ayat itu bercerita tentang janji Allah akan kemenangan-kemenangan kaum Mukmin atas kekufuran, surah Al-Fath. Hati Sultan Murad II diliputi kegalauan, hanya Al-Qur'an yang dapat menenangkannya dari berjalan kesana kemari tanpa arah. Di ruangan lain, Huma Hatun, istrinya sedang menyabung nyawa utk anak ke-3 nya, penerus jihad di jalan Allah. Sungguh penantian yang mendebarkan bagi setiap ayah, bahkan jika dia adalah seorang sultan gagah perkasa nan lemah lembut.
Ketika bacaannya sampai pada surah Al-Fath, pekikan bayi menghentikan tilawah Murad II, memaksanya berdiri segera menghampiri. Dengan langkah panjang Murad II segera menuju tempat kelahiran, senang menyelimuti hatinya, anak ke-3 nya laki-laki. Pada saat itu suasana begitu mendukung, setahun terakhir itu Kesultanan Utsmani mendapatkan berkah Allah dari langit dan bumi. Panen berlimpah, buah2 ranum menggantung dan ternak2 sehat, penduduk menandakan ini adalah hal baik yang datang dari Allah
Saat berada di samping istrinya, Murad II melafalkan kalimat tauhid pada bayinya, kelak kalimat yg kelak ditinggikannya. Lalu Murad II memberikan bayi itu nama sebagaimana ayahnya, dan sebagaimana Rasul-nya. Anak itu keturunan ke-7 Utsmani, dinamai dengan Mehmed II Khan bin Murad. Kelak dunia akan mengenalnya sebagai penakluk terbaik, Muhammad Al-Fatih...
bersambung..
Sila berkokok