Anda terbang ke: Home
»
tokoh
»MUHAMMAD AL-FATIH 1453 Episode 17 : "An Endurance Test"
MUHAMMAD AL-FATIH 1453 Episode 17 : "An Endurance Test"
Tenda-tenda berkembang bagai jamur di musim hujan, memenuhi pandangan dan membuat takjub setiap mata yang melihatnya. Al-liwa, bendera putih bertuliskan lafaz syahadat berkibar anggun di tengah-tengah kerumunan pasukan, menandai kepemimpinan. Di bawah bendera itu, Sultan Mehmed sedang mengatur pasukannya, menempatkan semua pada posisi yang diinginkannya sultan mehmed II dibawah bendera al-liwa mengorganisir pasukan
Disaat yang sama, utusan dikirimkan kepada kaisar Konstantinopel membawa 3 pilihan; menyerah, membayar jizyah, atau diperangi. Tentu Kaisar Constantine tidak meu memilih menyerahkan kota atau membayar jizyah, pilihan terakhirlah yang dipilihnya. Meriam dibariskan, pasukan ifanteri disiagakan. Sultan Mehmed tak mau mengambil risiko, artileri yang akan memulai serangan. 6 April 1453, ledakan meriam pertama, gaungnya terdengar di penjuru kota dilanjutkan dengan hancurnya tembok yang dihantam. Peluru demi peluru dimuntahkan dan menghantam tembok, ada yang menghancurkan sebagian kecil ada pula bagian yang besar. 6 april tembakan artileri dimulai
Dua hari berturut-turut tanpa henti meriam ditembakkan, dan pada waktu yang sama, seluruh pasukan bertahan memperbaikinya. Setiap lubang yang diakibatkan peluru meriam ditambal dan disemen, bagian2 lain dipadati dengan batu, tanah, apapun itu. Sementara itu, Sultan Mehmed juga memerintahkan pasukannya menimbun parit yg mengelilingi kota agar bisa dilalui infanteri. Ramai yang terpanah tatkala menimbun parit, namun kaum Muslim tak menyerah. Batu, kayu dan material apapun dimasukkan kedalam. Hari demi hari pasukan Muslim membombardir tembok Konstantinopel, namun semangat pasukan bertahan pun tak bisa dianggap kecil.
Tatkala kaisar menyadari bahaya sesungguhnnya, maka ia segera mengirimkan utusan pada Mehmed, menawarkan emas dan iming2 lain. alasan Mehmed sangat jelas, resousinya tak akan dapat disuap atau dibeli. Penaklukkan ini bukan masalah harta tapi keimanan,
"Sampaikan kepadanya, hendaknya kaisar kalian menyerahkan Konstantinopel kepadaku" jawabnya jelas tanpa keraguan."Aku bersumpah demi Allah, pasukanku tidak akan melakukan tindakan jahat apapun kepada kalian, baik jiwa mapupun harta"
Kaisar tentu saja menolak, ia tidak ingin ribuan tahun kekuasaan keluarganya di Konstantinopel pupus di masanya.
.Peperangan dilanjutkan, 18 Maret 1453, lubang yang cukup untuk pasukan infanteri tercipta, maka dimulailah serangan darat. Gema takbir dikumandangkan 2 jam lepas maghrib, dalam kegelapan pasukan Muslim merangsek garis pertahanan musuh. Ditemani musik pembangkit semangat dari para mehter, kaum Muslim mengerahkan segenap upaya mengalahkan musuh-musuh mereka.
Diterangi cahaya obor, pedang berdentang, teriakan dan rintihan memenuhi udara, perang sengit berlangsung di depan tembok. 6 jam berlalu, ternyata kaum Muslim berhasil dipukul mundur, keuntungan ada pada musuh yang lebih tinggi posisinya. Setelah dihitung, 18.000 prajurit Muslim syahid malam itu sementara Konstantinopel hanya kehilangan 200 personel. Harapan baru terbit bagi penduduk Konstantinopel dan militernya, mereka bisa memenangkan pertempuran ini! Sebaliknya, bagi kaum Muslim ini adalah kekalahan telak. Tenda2 medis penuh dengan yang terluka, lebih lagi yang meninggal.
Pemandangan di tenda medis itu benar2 mengerikan, ada yang terluka bakar, kehilangan salah satu atau lebih anggota tubuh. Bagi Mehmed, ini adalah kejadian yang menampar wajahnya, serangannya terlalu prematur dan dipukul telak pada fondasinya. Keadaan buruk bagi, kaum Muslim tidak berhenti sampai disana, ujian dari Allah bagi kaum Muslim belum menemui kulminasinya. Pada 19 April 1453 4 buah galleon yang berukuran besar membawa bantuan senjata, logistik dan prajurit terlihat oleh Muslim. Rupanya mereka berhasil melalui Galipoli yang tak dijaga, dan sebentar lagi mereka dapat berlabuh di Konstantinopel. Saat pengawas utsmani melihat 4 kapal berbendera Genoa, situasi panik melanda, kabar langsung disampaikan pada sang Sultan. Mehmed segera memacu kudanya menuju Double Columns, tempat armada laut berkumpul, memberikan perintah pada jendral Baltaoghlu,
"Wahai kapten, hanya ada 2 pilihan untukmu, apakah engkau menguasai kapal2 itu ataukah menenggelamkannya!" tegas Mehmed"Atau jika engkau tak dapat melakukannya, maka jangan kembali pada kami dalam keadaan hidup!" Mehmed menekankan sekali lagi
galleon (kapal layar) berukuran besar (10-12x) daripada kapal dayung Muslim
Ini adalah saat krusial, bila saja Konstantinopel mendapatkan bantuan itu, maka 2 kerugian tertimpa pada Muslim. Begitupun 2 keuntungan akan didapatkan Konstantinopel, logistik dan prajurit, dan yang kedua moral pasukan bertahan akan naik. Mengetahui kepentingan perintah ini, Baltaoghlu segera memacu kapal-kapal dayung tercepatnya untuk mencegat kapal bantuan. Kedua kapal bertemu di acropolis, ujung tanah Konstantinopel. Baltaoghlu berteriak menyemangati pasukan agar mengepung kapal. Dalam sekejap, kapal kaum Muslim mengerubuti 4 kapal itu, mencoba memanjat kapal yang besarnya 10x lipat dari kapal Muslim. Ukuran kapal yang lebih kecil membuat kapal kaum Muslim laksana "kayu yang terapung diantara 4 menara". Awak kapal musuh pun tak kalah tangkas, mereka melemparkan batu, tombak, dan panah dari atas dibantu gravitasi yang mematikan.
kapal Muslim yang sangat kecil dibandingkan galleon genoa
Beberapa jam berlalu, ribuan penonton di tembok Konstantinopel dan pasukan Utsmani di seberangnya menyaksikan pertaruhan itu. Sultan Mehmed menyaksikan dalam keheningan, kedua pihak memanjatkan doa pada Tuhan masing-masing, menanti cemas hasilnya. Sementara waktu berlanjut, tampaknya kapal2 besar itu mulai lelah, bagaimanapun jumlah sangat berpengaruh besar saat itu. Baltaoghlu bertakbir, bersemangat karena dia akan segera memenangkan pertempuran dan mencegah bantuan masuk ke Konstantinopel. Saat itu, ujian datang. Tiba2 angin selatan berhembus memberi kekuatan pada layar galleon2 raksasa, menggerakannya maju. Maka kawanan 4 kapal itu menerobos dan menabrak banyak kapal hingga karam, seiring dengan sorak prajurit dari atas kapal. Kegeraman sultan memuncak, ia memberikan perintah hingga kudanya masuk ke lautan, berteriak
"Wahai kapten! WAHAI KAPTEN!" sultan mehmed II menyeru kaptennya hingga kudanya masuk ke lautan dan jubahnya basah oleh air laut
Dentang lonceng gereja mengantarkan 4 kapal bantuan memasuki garis aman, pasukan Muslim tak kuasa mengejar mereka lagi. Sorak sorai militer Konstantinopel membahana luas, menyambut pahlawan2 mereka, bersamaan dengan itu kaum Muslim terdiam. Sedangkan Sultan Mehmed terpaku. Tak berucap sepatah kata pun. Ia berbalik lalu meninggalkan lautan dengan kudanya". Culdesac..
Bersambung...--- MAF1453 episode 18 : "A Miracle of Believing in Allah" ---
Sila berkokok