Tadarruj dalam Penerapan Hukum Islam 3

Assalamualaikum W.B.T..


Untuk posting kali ini, kami merespon kepada hujah kedua yang acapkali diberikan.


Jawapan kepada hujah kedua.

Kedua : Memang benar, al-Qur'an memang diturunkan secara bertahap bukannya sekaligus. Allah SWT menurunkan al-Qur'an sesuai dengan kejadian dan perkara yang terjadi supaya ianya semakin menguatkan hati kaum muslim. Ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah SWT pertama kalinya berhubungan dengan masalah keimanan, syurga dan neraka, baru kemudian masalah halal dan haram. Namun, ini tidak boleh difahami bahawa bolehnya kaum muslim mengambil sebahagian ajaran Islam dan meninggalkan yang lainnya.

Kaum muslim di zaman Rasulullah senantiasa mengikatkan diri dan menjalankan apa yang diturunkan kepada mereka secara sempurna, tidak secara bertahap. Ketika Allah SWT baru menurunkan 5 ayat, mereka terus melaksanakan 5 ayat tersebut secara sempurna tidak bertahap, mereka tidak pernah mengerjakan 2 ayat saja dulu, dan meninggalkan 3 ayat yang lain, dengan alasan tadarruj atau dengan alasan al-Qur'an diturunkan secara bertahap.

Para pembawa gagasan tadarruj memahami bahawa al-Qur'an diturunkan secara bertahap, sehingga ketika semua ayat telah sempurna diturunkan kepada kaum muslim, maka kaum muslim boleh mengaplikasikannya secara bertahap seiring dan setempo dengan cara turunnya al-Qur'an. Akibatnya, sebahagian hukum boleh diaplikasikan terlebih dahulu, sedangkan yang lain tidak diaplikasikan, meskipun hukum yang ditinggalkan itu telah diturunkan kepada mereka. 

Pemahaman seperti ini jelas-jelas keliru. Hal ini kerana, aplikasi hukum ketika hukum sudah diturunkan secara sempurna, tidak ada hubungannya dengan tempoh turunnya al-Qur'an, akan tetapi berhubungan dengan ahkaam takliifiy dan ahkaam al-wadl’iy, dan prinsip istitha’ah (kemampuan). Jika hukum itu telah diturunkan, maka kaum muslim wajib melaksanakan hukum tersebut sesuai dengan syarat-syaratnya (hukum taklifiy dan wadl’iy, istitha’ah).

Pada hari ini, ketentuan Allah telah diturunkan secara sempurna, sehingga tidak dibenarkan secara syar’iy kita hanya melaksanakan sebahagian hukum Islam dan meninggalkan hukum Islam yang lain dengan alasan tadarruj. Kerana, kaum muslim mesti melaksanakan seluruh ketentuan Allah SWT tanpa terkecuali. Allah SWT berfirman:


“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.”  (TQs. al-Baqarah [2]: 208).

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menyatakan:

“Allah Ta’ala berkata memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan membenarkan RasulNya agar mengambil semua sisi (keyakinan) Islam dan syari’atnya, dan mengerjakan seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya segenap kemampuan mereka melakukan yang demikian.”  (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, I/247).

Al Hafidz As Syuyuthi (wafat 1505 M) dalam Tafsir Jalalain menyatakan:

{Kâffatan (secara keseluruhan)} adalah 'hal' (keterangan) dari (as silmi/Islam) yakni (masuk) dalam seluruh syariat-Nya tanpa kecuali.

Sulthônul ‘Ulama ‘Izzuddin Ibnu ‘Abdissalâm (wafat 660 H) dalam tafsirnya menyatakan:

{Kâffatan (secara keseluruhan)} kembali kepada keta’atan atau kepada pengukuhan masuk kedalamnya (keta’atan).

Wahbah Az Zuhaili, dalam Tafsir Al Wasîth menyatakan:

Yang dimaksud dengan "as silmi" dalam ayat ini adalah : al Islam, maka wajib atas orang yang beriman kepada Islam sebagai dîn (agama) untuk ber’amal dengan semua cabang-cabang dan hukum-hukumnya, maka tidaklah beriman orang yang mengamalkan sebahagian hukum-hukumnya seperti solat dan puasa, dan meninggalkan (dengan yakin) sebahagian hukum yang lain seperti zakat, jihad, dan memutuskan perkara dengan kitabullah dan hudud-Nya, dan meninggalkan semua keharaman dan menolak khamr, riba, zina, rasuah dan kezaliman.

Imam al-Nasafiy dalam Madaarik al-Tanzil wa Haqaaiq al-Ta’wiil menyatakan:

{Kâffatan (secara keseluruhan)} janganlah keluar seorangpun dari ketaatan adalah haal ( حال ) dari dlomir (kata ganti) dalam kata “udkhulu”, dan bermakna “jamî’an” (keseluruhan) atau dari kata “as silmi” karena dia (kâffatan) adalah muannats, seolah-olah mereka diperintahkan semua untuk masuk dalam ketaatan semuanya.

Diriwayatkan dari Ikrimah bahwa ayat ini diturunkan pada kes Tsa’labah, ‘Abdullah bin Salam, dan beberapa orang Yahudi. Mereka mengajukan permintaan kepada Rasulullah saw agar diberi keizinan merayakan hari Sabtu sebagai hari raya mereka. Kemudiannya, permintaan ini dijawab oleh ayat tersebut di atas.

Imam Abu Ja’far at Thabariy dalam Tafsirnya, Jami’ul Bayân fî Ta’wîlil Qur’an menyatakan:

“Sesungguhnya penafsiran (ta’wil) ayat di atas merupakan perintah kepada orang-orang beriman untuk menolak semua yang bukan hukum Islam; perintah untuk menjalankan semua syari’at Islam; dan larangan mengabaikan satupun hukum -hukumnya.”

Dengan demikian, turunnya al-Qur'an secara bertahap-tahap sama sekali tidak menunjukkan adanya tadarruj, atau indikasi yang membolehkan kaum muslim melakukan perubahan (penerapan Islam) secara bertahap, juga tidak boleh kaum muslim menerapkan hukum kufur sebagai tahap untuk melaksanakan syariat Islam secara sempurna. Adapun dalam konteks aplikasi hukum, maka seluruh hukum yang dibebankan kepada setiap kaum muslim harus dijalankan oleh setiap kaum muslim tanpa pengecualian. Misalnya, solat, zakat, puasa, nikah, dan lain sebagainya. Demikian juga, jika aplikasi suatu hukum disandarkan kepada parti atau kelompok Islam, maka pelaksanaannya bergantung kepada keberadaan parti atau jamaah. Misalnya, kewajiban menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah. Hukum-hukum ini tidak akan dapat diaplikasikan tanpa keberadaan sebuah jama’ah atau parti politik Islam. Kerana, kewajiban ini hanya boleh dipikul oleh kelompok atau gerakan Islam. Apabila aplikasi suatu hukum bergantung pada kewujudan negara, maka pelaksanaan hukum tersebut digantungkan kepada negara, contohnya hukum – hukum tentang gencatan senjata, damai, perang, utusan, pengaturan kepemilikan umum, hudud, jinayat dan lain-lain, semua ini adalah kewajiban negara untuk melaksanakannya.

Wallahualam...


GASIM

Gabungan Siswa Siswi Intelek Muslim

Terbuka mata

Manusia Terjaga

Patuk mematuk

Credit

 
▲ Terbang ▲