Tadarruj Dalam Penerapan Hukum Islam 2

Assalamualaikum W.B.T..


Seperti yang dijanjikan. Kami akan menjawab topik yang kami kemukakan sebelum ini iaitu tadarruj.

Jawapan kepada hujah-hujah diberikan.

Inilah hujah-hujah yang diketengahkan oleh sebahagian kaum muslim yang membolehkan tadarruj. Hujah di atas adalah tidak tepat karena:

Pertama : Dalam kes pengharaman khamr, sesiapa yang mengkaji secara jernih dan mendalam akan mendapati bahawa perkara itu bukanlah tadarruj. Sebabnya, tidak ada hukum keatas khamr sebelum ayat pengharamannya diturunkan. Ertinya, sebelum itu khamr dibiarkan, atau maskût ‘anhu (didiamkan) meskipun mereka melakukannya, sampai turunnya ayat yang ketiga, ini diperkuat oleh hadits dari ‘Umar bin Khattab r.a:

Ketika turun ayat yang mengharamkan khamr, Umar berdoa; "Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang khamr dengan penjelasan yang memadai!" Maka turunlah ayat yang terdapat dalam surat Al Baqarah. Lalu Umar dipanggil dan ayat tersebut dibacakan kepadanya. Umar lalu berdoa lagi; "Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang khamer dengan penjelasan yang memadai!" Maka turunlah ayat yang terdapat dalam surat An Nisa`: 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk…'. Saat waktu shalat tiba, penyeru Rasulullah s.a.w menyerukan 'Janganlah kamu shalat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk'. Lalu Umar dipanggil dan ayat tersebut dibacakan kepadanya. Setelah itu, Umar berdoa lagi; "Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang khamr dengan penjelasan yang memadai!" Maka turunlah ayat yang terdapat dalam surat Al Maidah. Umar pun dipanggil dan ayat tersebut dibacakan kepadanya, ketika sampai  (Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu) , Lantas Umar r.a berkata; "Kami berhenti, kami berhenti!." 
(HR. An Nasa’i dalam Sunan Al Kubro, Ahmad dalam musnadnya, Al Hakim dalam Al Mustadrok, Abu Nu’aim dalam al Hilyah, Al Hakim menyatakan hadits ini shahih menurut syarat Bukhary dan Muslim, disepakati oleh Adz Dzahaby)

Pendiaman atas status hukum khamr ini dapat disimpulkan dari perkataan Umar bin Khattab ra yang berulang-ulang: ‘Wahai Allah, jelaskanlah bagi kami hukum khamr dengan penjelasan yang
memadai’. Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahawa hukum khamr didiamkan (maskût ‘anhu) meskipun para sahabat melakukannya. Saidina Umar terus memohon agar Allah menjelaskan hukum khamr dengan penjelasan yang memuaskan, dimana sebelum ini didiamkan kebolehannya sebelum turunnya ayat yang pertama. Beliau terus memohon meskipun telah diturunkan ayat yang pertama dan yang kedua. 

Antara bukti lain bahwa penerapan Islam tidak boleh bertahap adalah bahwa setelah khamr diharamkan (yang sebelum ini didiamkan, yang bererti boleh), maka tidak ada transisi/jarak waktu sedikitpun untuk penerapan hukum ini.

Ibnu Jarîr telah meriwayatkan dari Abû Buraidah dari bapaknya, beliau berkata; 

Ketika kami sedang duduk-duduk menikmati minuman di atas pasir, pada saat itu kami bertiga atau berempat. Kami memiliki kendi besar dan meminum khamr karena masih dihalalkan. Kemudian aku berdiri dan ingin menghampiri Rasulullah SAW. Lalu aku mengucapkan salam kepada beliau, tiba-tiba turunlah ayat tentang keharaman khamr:  "Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamr dan judi…, sampai akhir dua ayat yaitu: Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(TQS. [5]: 90)."

Maka aku datang kepada sahabat-sahabatku (yang sedang minum khamr) dan membacakan ayat tersebut kepada mereka sampai pada firman Allah: Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dia (perawi hadits) berkata, “Sebagian di antara mereka minumannya masih ada di tangannya, sebagiannya telah diminum, dan sebagian lagi masih ada diwadahnya.” Dia berkata, “Sedangkan gelas minuman yang ada di bawah bibir atasnya, seperti yang dilakukan oleh orang yang membekam (gelasnya masih menempel di bibirnya), kemudian mereka menumpahkan khamr yang ada pada kendi besar mereka seraya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah berhenti.”

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita lihat bahawa para sahabat ketika itu terus berhenti apabila ayat keharaman khamr turun. Walaupun ada diantara mereka sedang membekam gelas tersebut. Para sahabat tidak bertahap-tahap dalam penerapan hukum tersebut. Malah mereka segera melaksanakan syariat tanpa sebarang bunyi.

Bukti yang lain adalah kisah-kisah futuhât yang dilakukan oleh para sahabat. Futuhât Islam dilakukan hanya dengan berjalan kaki. Pada masa itu banyak negeri-negeri dibuka. Pada waktu itu manusia berbondong bondong masuk ke dalam agama Allah. Kaum Muslim yang membuka negeri itu tidak mempedulikan ke-Islaman saudara-saudara mereka yang masih baru, dan tidak membiarkan mereka minum khamr melalui tahapan sebagaimana ‘tahapan’ yang telah dilewati dalam pengharaman khamr. Ertinya, setelah turun ayat pelarangan khamr, para sahabat tidak pernah membolehkan kaum muslim meminum khamr dengan alasan pelarangan khamr itu dilakukan secara bertahap. Hukum terakhir adalah hukum yang ditegakkan, bukan hukum yang telah dihapus atau diganti.

Sedangkan, keadaan pada masa itu sangat menuntut mereka untuk memberikan keringanan kepada saudara-saudaranya yang baru masuk Islam. Namun, para sahabat tetap melarang kaum muslim – meskipun baru masuk Islam—untuk meminum khamr. Ini menunjukkan bahwa, ketika mereka menerapkan hukum, mereka hanya berpatukan pada ayat yang terakhir turun, dan tidak melakukannya secara bertahap.

Wallahualam...


GASIM

Gabungan Siswa Siswi Intelek Muslim

Terbuka mata

Manusia Terjaga

Patuk mematuk

Credit

 
▲ Terbang ▲