MAKNA JIHAD MENURUT ISLAM



MAKNA JIHAD MENURUT ISLAM
  
Banyak orang menafsirkan makna jihad fi sabilillah dengan berbagai tafsiran. Justeru, mana makna jihad yang benar menurut kaca mata syariat Islam?

Untuk meluruskan persepsi keliru tentang makna jihad, kami bawakan beberapa hujah untuk menjelaskannya.

Jihad berasal dari perkataan jâhada, yujâhidu, jihâd. Ertinya ialah saling mencurahkan usaha. Lebih jauh lagi Imam an-Naisaburi dalam kitab tafsirnya menjelaskan makna jihad –menurut bahasa, iaitu mencurahkan segenap tenaga untuk memperoleh maksud tertentu.

Al-Quran menggunakan makna jihad diatas dalam beberapa ayatnya, seperti ayat berikut:

]وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا[
Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dalam hal yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (TQS. Luqman [31]: 15)

Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah kemampuan yang dicurahkan semaksimal mungkin; kadang-kadang berupa aktiviti fizikal, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-kadang dengan menggunakan harta benda dan perkataan-perkataan; kadang-kadang berupa dorongan untuk mengerahkan seluruh tenaga untuk meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat umum, iaitu kerja keras.

Al-Quran telah mengarahkan makna jihad pada arti yang lebih spesifik, iaitu: Mencurahkan segenap tenaga untuk berperang di jalan Allah, dengan cara mengeluarkan harta benda, pendapat, memperbanyak peralatan, dan lain-lain.

Pengertian seperti ini tampak dalam perkataan  jihad yang ada dalam ayat-ayat Madaniyah. Maknanya berbeza dengan perkataan jihad yang terdapat dalam ayat-ayat Makkiyah. Jihad mengandungi makna bahasa yang bersifat umum, sebagaimana pengertian yang tampak dalam al-Quran surat al-Ankabut [29]: ayat 6 dan 8 serta surat Luqman [31]: ayat 15.

Lebih kurang dari 26 perkataan jihad digunakan dalam ayat-ayat Madaniyah. Semuanya mengindikasikan bahwa jihad disini mengandungi muatan makna perang menentang orang-orang kafir dan keutamaan orang yang pergi berperang dibandingkan dengan orang yang berdiam diri saja. Pengertian seperti ini diwakili oleh firman Allah Swt:

]انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ[
Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (TQS. at-Taubah [9]: 41)

Jihad dengan makna mengerahkan seluruh kekuatan untuk berperang di jalan Allah juga digunakan oleh para fuqaha. Menurut mazhab Hanafi, jihad adalah mencurahkan pengorbanan dan kekuatan untuk berjuang di jalan Allah, baik dengan jiwa, harta benda, lisan dan sebagainya. Menurut mazhab Maliki, jihad bererti peperangan kaum Muslim melawan orang-orang kafir dalam rangka menegakkan kalimat Allah hingga menjadi kalimat yang paling tinggi. Para ulama mazhab Syafi’i juga berpendapat bahwa jihad bererti perang di jalan Allah.

Sekalipun perkataan jihad menurut bahasa memiliki makna mencurahkan seluruh tenaga, kerja keras, dan sejenisnya, tetapi syariat Islam lebih kerap menggunakan perkataan tersebut dengan maksud tertentu, iaitu berperang di jalan Allah. Maknanya, penggunaan perkataan jihad dalam pengertian berperang di jalan Allah lebih tepat digunakan daripada pengertian bahasa. Hal ini sesuai dengan kaedah yang sering digunakan para ahli ushul fiqih:

Makna syariat lebih utama dibandingkan dengan makna bahasa maupun makna istilah (urf).
         
Dengan demikian, makna jihad yang lebih tepat diambil oleh kaum Muslim adalah berperang di jalan Allah melawan orang-orang kafir dalam rangka meninggikan kalimat Allah.

Pengaburan makna jihad dalam pengertian syariat ini, dengan cara mengalihkannya ke pengertian yang lebih umum, seperti jihad pembangunan, menuntut ilmu, mencari nafkah, berfikir mencari penyelesaian, dan sejenisnya yang dianggap sebagai aktivitas jihad- merupakan upaya untuk menghilangkan makna jihad dalam pengertian al-qitâl, al-harb, atau al-ghazwu, iaitu berperang (di jalan Allah).

Wallahualam...



► Faham lebih...

lirik SAMBUTLAH KHILAFAH


SAMBUTLAH KHILAFAH

 





LAMA SUDAH KAMI MENANTI,
BILAKAH KAN TERTEGAK KEMBALI,
CUKUPLAH SUDAH PENANTIAN INI,
PASTILAH KAN SEGERA TERTEGAK KEMBALI,

SAMBUTLAH KHILAFAH,
PERLAKSANA HUKUM SYARIAH,
SAMBUTLAH KHILAFAH,
TEGAKKAN KEMULIAAN UMMAT.

MAKA PERJUANGAN TIDAKKAN TERHENTI,
HINGGA TERTEGAKNYA HUKUM ALLAH,
WALAU TENTANGAN DATANG TIADA HENTI,
TIDAKKAN SURUT PERJUANGAN INI.

WAHAI SAHABAT SELURUH UMMAT,
BERJUANG PENUH SEMANGAT,
MASA PENANTIAN AKAN BERAKHIR,
LANJUTKAN KEMULIAN ISLAM.

DI SAAT UMAT TERCERAI BERAI,
MENJADI NEGERI-NEGERI KECIL TANPA KEKUATAN,
MENJADI SANTAPAN BANGSA-BANGSA IMPERIALIS,
DI SAAT SELURUH KEMULIAAN UMMAT DILEMAHKAN
DI ADU DOMBAKAN SATU SAMA LAIN,
DI SAAT SEPERTI ITULAH SELURUH UMAT BANGKIT,
BERJUANG PENUH KEYAKINAN,
SELURUH UMAT BERSATU PADU MENGHADAPI TENTANGAN PERJUANGAN,

DARI HUJUNG BARAT HINGGA TIMUR DUNIA,
TERUS BERJUANG MENEGAKKAN INSTITUSI PENEGAKKAN SYARIAH,
PEMERSATU UMMAH, PENJAGA UKHUWAH,
PENYEBAR DAKWAH DAN RAHMAH,
KHILAFAH RASYIDAH YANG DINANTIKAN,
YANG DIPERJUANGKAN BERPULUH TAHUN LAMANYA,
SAAT INI CAHAYA KEHADIRANNYA MULAI MEMANCAR,
HARUM KEMULIANNYA MULIA TERCIUM,
GELEGAR KEHADIRANYYA SEMAKIN MEMBAHANA,

WAHAI SELURUH UMAT SAMBUTLAH KHILAFAH.




► Faham lebih...

DOSA "PELABURAN"



DOSA PELABURAN

 

SURAH AL-KAHFI
Katakanlah (wahai Muhammad): "Mahukah, kami khabarkan kepada kamu akan orang-orang yang rugi serugi-ruginya amal-amal perbuatannya?(103)

Yaitu orang-orang yang telah sia-sia amal perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.(104)


Ramai manusia yang menyangka bahawa mereka akan masuk syurga tetapi setelah dihisab ternyata mereka masuk neraka.Mereka telah melakukan pelbagai amalan sunat,berpuasa sunat,membaca yassin pada malam khamis,bersedekah,bertahajud  namun ternyata itu tidak memadai. Ternyata mereka telah dihalang oleh sesuatu. Mengapa demikian?


apa yang aku tertinggal ye?? 

Ada dosa yang tidak diambil kira oleh umat Islam kini. Dosa apakah itu?
JAWAPANNYA IALAH DOSA PELABURAN

Dosa pun ada pelaburan jugak ke? Kita biasanya dengar pelaburan emas,duit,perak,MLM dan sebagainya. Rupa-rupanya dosa pun kita boleh melabur jugak.

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” 
(QS. Al-Anfal: 25)

sesungguhnyer seksa api neraka x dpt digambarkan pedihnya

Sesungguhnya Allah swt awal-awal dah bagi hint dekat hamba-hambanya bahawa terdapat seksaan Allah swt yang tidak terkena khusus kepada orang-orang zalim tetapi juga boleh terkena kepada kita.

Jika ada orang yang meninggal di sebuah kampung, kemudian jenazahnya tidak diurus, siapakah yang berdosa?

§  Seluruh umat Islam di kampung tersebut berdosa!
§  Mengapa?
§  Insya Allah umat Islam sudah faham.

baby...malam nie jom kite project  

 Jika ada orang yang berzina, siapakah yang berdosa?

§  Seluruh umat Islam berdosa!
§  Mengapa?
§  Sila baca surah an-nur(ayat 2)
§  “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka hukumlah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebatan, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” 



bang..bang..mati ko!!!


Jika ada orang yang membunuh, siapakah yang berdosa?


§  Seluruh umat Islam berdosa!
§  Mengapa?
§  Silakan baca: Al Baqarah: 178.
§  “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qissas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh;” (QS. Al Baqarah: 178)

alamak!!kantoi =_='' 

Jika ada orang yang mencuri, siapakah yang berdosa?

§  Seluruh umat Islam berdosa!
§  Mengapa?
§  Silakan baca: Al Maidah: 38.
§  Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Maidah: 38)


Jika ada ramai orang yang kafir, siapakah yang berdosa?

§  Seluruh umat Islam berdosa!
§  Mengapa?
§  Silakan baca: At Taubah: 29 & 39
§  “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (iaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (QS. At Taubah: 29)
§  “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih” (QS. At Taubah: 39)

mari kite ikut majoriti...saper nak jalankan hudud,angkat tangan!!

Jika umat Islam di dunia ini tidak diatur dengan hukum Islam, siapakah yang berdosa?

§  Seluruh umat Islam berdosa!
§  Mengapa?
§  Silakan baca: Al-Maidah: 48 & 44
§  “Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu” (QS. Al-Maidah: 48)

Maka kiralah berapa gunung tinggi dosa pelaburan kita tanpa kita sedari. Seperti yang kita fahami,seandainya ada satu jenazah sahaja yang tidak diuruskan,maka seluruh umat akan berdosa.
So, bagaimana pula dengan hukum-hukum yang lain.Berapa banyak hudud yang telah diketepikan,takzir,ketiadaan berperang dengan musuh Allah dan sebagainya yang telah dibiarkan dan dilalaikan.

mau lagi tinggi dosa aku dr gunung nie:( 

 Anda kiralah sendiri dosa-dosa anda!!!

Di Malaysia setiap hari ada berapa kes pembunuhan. Berapa dalam sebulan? Dalam setahun?

       Di Malaysia berapa kali kes perogolan…? Kes perzinahan?
       Berapa kes pencurian? Pemurtadan? Pembantaian ke atas umat Islam di dunia…?
       Berapa ramai umat Islam di dunia ini yang tidak diatur dengan hukum Islam…?
       Dan seterusnya…


ANDA TAKUT???
Anda mula terasa seolah-olah ada satu beban dosa sedang dipikul.


hidup hanya sekali...kite tidak boleh lagi patah balik ke masa lalu

Adakah Anda yakin bahawa anda boleh hidup pada esok hari.Dan seandainya kematian bakal menjemput anda sesaat je lagi,adakah anda yakin kaki anda mampu melangkah ke syurga Allah.

ANDA MULA TERTANYA-TANYA  APAKAH DOSA “PELABURAN” BOLEH DIHAPUSKAN?
JAWAPANNYA ADALAH TIDAK BOLEH…!
KECUALI ANDAI KEWAJIPAN ITU SUDAH DIAMALKAN…!

BAGAIMANA JIKA DIAMALKAN OLEH INDIVIDU ATAU KELOMPOK…?

       TIDAK BOLEH…!
       HUKUMNYA HARAM…!
       HANYA NEGARA YANG WAJIB MELAKSAKANNYA…!
       JADI BAGAIMANA…?
       ADAKAH CARA MENGGUGURKAN “DOSA PELABURAN”…?

CARA MENGGUGURKAN “DOSA PELABURAN”

Telah diangkat dosa atas umatku dari kesalahan (ketidaksengajaan), lupa dan keterpaksaan atas mereka

eee...takutnya nak bagi tau kebenaran...kang kena tgkap

“Dosa pelaburan” hanya akan dituliskan kepada mereka yang mendiamkan diri dan tidak mahu berusaha

Hal ini Bererti wajib ada “amalan” yang bersungguh-sungguh sehingga anda termasuk ke dalam golongan yang keterpaksaan itu.

Apakah “amalan” tersebut?
Amalan tersebut tidak lain tidak bukan adalah DAKWAH:)

JANGAN LUPA UNTUK DISHARE DGN MUSLIM YANG LAIN:)






















► Faham lebih...

Tadarruj dalam Penerapan Hukum Islam 3

Assalamualaikum W.B.T..


Untuk posting kali ini, kami merespon kepada hujah kedua yang acapkali diberikan.


Jawapan kepada hujah kedua.

Kedua : Memang benar, al-Qur'an memang diturunkan secara bertahap bukannya sekaligus. Allah SWT menurunkan al-Qur'an sesuai dengan kejadian dan perkara yang terjadi supaya ianya semakin menguatkan hati kaum muslim. Ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah SWT pertama kalinya berhubungan dengan masalah keimanan, syurga dan neraka, baru kemudian masalah halal dan haram. Namun, ini tidak boleh difahami bahawa bolehnya kaum muslim mengambil sebahagian ajaran Islam dan meninggalkan yang lainnya.

Kaum muslim di zaman Rasulullah senantiasa mengikatkan diri dan menjalankan apa yang diturunkan kepada mereka secara sempurna, tidak secara bertahap. Ketika Allah SWT baru menurunkan 5 ayat, mereka terus melaksanakan 5 ayat tersebut secara sempurna tidak bertahap, mereka tidak pernah mengerjakan 2 ayat saja dulu, dan meninggalkan 3 ayat yang lain, dengan alasan tadarruj atau dengan alasan al-Qur'an diturunkan secara bertahap.

Para pembawa gagasan tadarruj memahami bahawa al-Qur'an diturunkan secara bertahap, sehingga ketika semua ayat telah sempurna diturunkan kepada kaum muslim, maka kaum muslim boleh mengaplikasikannya secara bertahap seiring dan setempo dengan cara turunnya al-Qur'an. Akibatnya, sebahagian hukum boleh diaplikasikan terlebih dahulu, sedangkan yang lain tidak diaplikasikan, meskipun hukum yang ditinggalkan itu telah diturunkan kepada mereka. 

Pemahaman seperti ini jelas-jelas keliru. Hal ini kerana, aplikasi hukum ketika hukum sudah diturunkan secara sempurna, tidak ada hubungannya dengan tempoh turunnya al-Qur'an, akan tetapi berhubungan dengan ahkaam takliifiy dan ahkaam al-wadl’iy, dan prinsip istitha’ah (kemampuan). Jika hukum itu telah diturunkan, maka kaum muslim wajib melaksanakan hukum tersebut sesuai dengan syarat-syaratnya (hukum taklifiy dan wadl’iy, istitha’ah).

Pada hari ini, ketentuan Allah telah diturunkan secara sempurna, sehingga tidak dibenarkan secara syar’iy kita hanya melaksanakan sebahagian hukum Islam dan meninggalkan hukum Islam yang lain dengan alasan tadarruj. Kerana, kaum muslim mesti melaksanakan seluruh ketentuan Allah SWT tanpa terkecuali. Allah SWT berfirman:


“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.”  (TQs. al-Baqarah [2]: 208).

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menyatakan:

“Allah Ta’ala berkata memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan membenarkan RasulNya agar mengambil semua sisi (keyakinan) Islam dan syari’atnya, dan mengerjakan seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya segenap kemampuan mereka melakukan yang demikian.”  (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, I/247).

Al Hafidz As Syuyuthi (wafat 1505 M) dalam Tafsir Jalalain menyatakan:

{Kâffatan (secara keseluruhan)} adalah 'hal' (keterangan) dari (as silmi/Islam) yakni (masuk) dalam seluruh syariat-Nya tanpa kecuali.

Sulthônul ‘Ulama ‘Izzuddin Ibnu ‘Abdissalâm (wafat 660 H) dalam tafsirnya menyatakan:

{Kâffatan (secara keseluruhan)} kembali kepada keta’atan atau kepada pengukuhan masuk kedalamnya (keta’atan).

Wahbah Az Zuhaili, dalam Tafsir Al Wasîth menyatakan:

Yang dimaksud dengan "as silmi" dalam ayat ini adalah : al Islam, maka wajib atas orang yang beriman kepada Islam sebagai dîn (agama) untuk ber’amal dengan semua cabang-cabang dan hukum-hukumnya, maka tidaklah beriman orang yang mengamalkan sebahagian hukum-hukumnya seperti solat dan puasa, dan meninggalkan (dengan yakin) sebahagian hukum yang lain seperti zakat, jihad, dan memutuskan perkara dengan kitabullah dan hudud-Nya, dan meninggalkan semua keharaman dan menolak khamr, riba, zina, rasuah dan kezaliman.

Imam al-Nasafiy dalam Madaarik al-Tanzil wa Haqaaiq al-Ta’wiil menyatakan:

{Kâffatan (secara keseluruhan)} janganlah keluar seorangpun dari ketaatan adalah haal ( حال ) dari dlomir (kata ganti) dalam kata “udkhulu”, dan bermakna “jamî’an” (keseluruhan) atau dari kata “as silmi” karena dia (kâffatan) adalah muannats, seolah-olah mereka diperintahkan semua untuk masuk dalam ketaatan semuanya.

Diriwayatkan dari Ikrimah bahwa ayat ini diturunkan pada kes Tsa’labah, ‘Abdullah bin Salam, dan beberapa orang Yahudi. Mereka mengajukan permintaan kepada Rasulullah saw agar diberi keizinan merayakan hari Sabtu sebagai hari raya mereka. Kemudiannya, permintaan ini dijawab oleh ayat tersebut di atas.

Imam Abu Ja’far at Thabariy dalam Tafsirnya, Jami’ul Bayân fî Ta’wîlil Qur’an menyatakan:

“Sesungguhnya penafsiran (ta’wil) ayat di atas merupakan perintah kepada orang-orang beriman untuk menolak semua yang bukan hukum Islam; perintah untuk menjalankan semua syari’at Islam; dan larangan mengabaikan satupun hukum -hukumnya.”

Dengan demikian, turunnya al-Qur'an secara bertahap-tahap sama sekali tidak menunjukkan adanya tadarruj, atau indikasi yang membolehkan kaum muslim melakukan perubahan (penerapan Islam) secara bertahap, juga tidak boleh kaum muslim menerapkan hukum kufur sebagai tahap untuk melaksanakan syariat Islam secara sempurna. Adapun dalam konteks aplikasi hukum, maka seluruh hukum yang dibebankan kepada setiap kaum muslim harus dijalankan oleh setiap kaum muslim tanpa pengecualian. Misalnya, solat, zakat, puasa, nikah, dan lain sebagainya. Demikian juga, jika aplikasi suatu hukum disandarkan kepada parti atau kelompok Islam, maka pelaksanaannya bergantung kepada keberadaan parti atau jamaah. Misalnya, kewajiban menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah. Hukum-hukum ini tidak akan dapat diaplikasikan tanpa keberadaan sebuah jama’ah atau parti politik Islam. Kerana, kewajiban ini hanya boleh dipikul oleh kelompok atau gerakan Islam. Apabila aplikasi suatu hukum bergantung pada kewujudan negara, maka pelaksanaan hukum tersebut digantungkan kepada negara, contohnya hukum – hukum tentang gencatan senjata, damai, perang, utusan, pengaturan kepemilikan umum, hudud, jinayat dan lain-lain, semua ini adalah kewajiban negara untuk melaksanakannya.

Wallahualam...


► Faham lebih...

Pendapat Para Ulama Mengenai Kewajiban Mengangkat Khalifah






Pendapat Para Ulama Mengenai Kewajiban Mengangkat Khalifah


Kini kepada wahai saudaraku sesama muslim,di segala penjuru bumi Allah,akan kami sampaikan sebahagian pendapat para ulama terkemuka-baik ulama dulu mahu pun ulama sekarang-mengenai kewajipan mengangkat seorang khalifah Muslim yang berkewajipan mengelola urusan kaum Muslim.




1)Imam Al-Mawardi dalam bukunya,Al-Ahkam ash-sulthaniyyah,halaman 5 menyatakan,”Mengadakan akad imamah(Khilafah) bagi orang yang menegakkannya di tengah-tengah umat merupakan kewajipan yang di dasarkan kepada ijma’ sahabat.”

Selain itu, beliau juga menyatakan di dalam bukunya itu “Mengangkat seorang imam(khalifah) yang akan menjadi penguasa urusan dunia dan pemimpin umat adalah sebuah kewajipan.Dengan itu,agama dapat terjaga dan kekuasaannya berjalan sesuai dengan hokum-hukum agama.



2)Ibnu Taymiyah dalam As-Siyasah asy-Syar’iyyah,halaman 161,menyatakan :
Upaya menjadikan kepimpinan(khalifah) sebagai bahagian dari agama dan sarana untuk bertaqarrub kepada Allah adalah sebuah kewajipan. Taqarrub kepada-Nya dalam kepimpinan itu iaitu dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya termasuk ke dalam taqarrub yang paling utama. Faktor yang dapat merosak keadaan banyak orang dalam kepimpinan itu tidak lain adalah sikap mencari kekuasaan dan harta semata..

3)Abu Ya’la al-Farra’ dalam Al-Ahkam ash-sultaniyyah halaman 19 menyatakan:Mengangkat seorang imam adalah wajib,Imam Ahmad r.a,menurut riwayat Muhammad Ibn’ Auf ibn Sufyan al-Hamshi, telah berkata,”Adalah fitnah(bencana jika sampai tidak ada seorang imam(khalifah) yang mengatur urusan rakyat.”

4)Ibn Taymiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa,jilid 28, halaman 297, menuturkan perkatqaan Ali Ibn Abi Thalib r.a sebagai berikut:

“Ali ibn Abi Thalib r.a, berkata,”Manusia harus mempunyai pemimpin(khalifah), entah yang baik ataupun yang buruk.”Lalu ada yang berkata kepada beliau,”Amirul Mukminin,kalau yang baik, kami sudah mengetahiuinya.Akan tetapi, bagaimana gerangan dengan pemimpin yang zalim?”
Ali menjawab,”Asala dia tetap menjalankan hudud,mengamankan jalan-jaln umum,berjihad melwan musuh dan membahagikan harta fal”.





Oleh kerana itu sangat aneh dan janggal, bahawa kita boleh merasa aman dan tenang walhal kita sekarang hidup di bawah pemerintahan kufur di bawah sistem kufur yang mencampakkan hudud ke tepi,negara sudah menjadi tidak aman malah jihad di negeri-negeri Islam dilalaikan. Malah kita boleh berbangga dapat mengumpulkan ribuan ataupun mungkin jutaan rakyat untuk terus menghidupkan sistem yang bukan dari Islam sendiri.

 menyokong demokrasi akan melambatkan penegakkan sistem khilafah dan syariah 
tanpa mereka sedari,mereka terperangkap dlm jerat kufar


firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat 3:

Pada hari ini, telah Aku sempurnakan bagi kamu agama kamu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu kepada kamu, dan telah Aku redho bahawa Islam itu menjadi agama.
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah Islam secara kaffah (menyeluruh) dan janganlah kamu mengikut jejak syaitan, sesungguhnya (syaitan itu) adalah musuh yang jelas bagi kamu” [Al-Baqarah: 208]



5)Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimmah,halaman 167 menyatakan demikian:
Sesungguhnya mengangkat seorang imam(khalifah) adalah wajib.Kewajibannya dalam syariat telah diketahui berdasarkan ijma sahabat dan tabi’in(generasi para sahabat).Ketika Rasullullah  wafat,para sahabat segera membaiat Abu Bakar r.a dan menyerahkan pertimbangan tentang berbagai urusan mereka kepadanya.Demikian pula yang dilakukan oleh kaum muslim pada setiap masa setelah Abu Bakar.Oleh kerana itu, pada setiap masa yang ada,tidak pernah terjadi kekacauan di tengah-tengah umat manusia.Realiti semacam ini menunjukkan perlu adanya kewajiban mengangkat seorang khalifah.

Sebab itu terdapat perumpaan  menyatakan “60 tahun hidup di bawah pimpinan Khalifah yang zalim itu lebih baik daripada hidup satu malam tanpa kekuasaan(Khilafah)…
Maka masihkah Anda wahai kaum muslimin yang bersyahadat TIADA TUHAN MELAINKAN ALLAH DAN NABI MUHAMMAD ITU PESURUH ALLAH  masih mahu menyokong sistem yang tidak berasal daripada Islam sendiri sama ada ia dalam bentuk demokrasi,teokrasi,monarki,kapitalis dan sebagainya.
SUDAH TENTU TIDAK!!
Jika ingin menggantikan yang batil dengan yang hak,maka yang batil itu perlu dibuang jauh-jauh.




Sesungguhnya ingatlah…Islam akan tetap bangkit tidak kira sama ada anda bersama mahu pun tidak…


“Dan akan kembalinya khilafah mengikut manhaj kenabian”(HR Ahmad)

Maka marilah kita bersama-sama berganding bahu menegakkan khilafah dan syariah.































JEMPUT HADIR KE MAJLIS ILMU:)
► Faham lebih...

Tadarruj Dalam Penerapan Hukum Islam 2

Assalamualaikum W.B.T..


Seperti yang dijanjikan. Kami akan menjawab topik yang kami kemukakan sebelum ini iaitu tadarruj.

Jawapan kepada hujah-hujah diberikan.

Inilah hujah-hujah yang diketengahkan oleh sebahagian kaum muslim yang membolehkan tadarruj. Hujah di atas adalah tidak tepat karena:

Pertama : Dalam kes pengharaman khamr, sesiapa yang mengkaji secara jernih dan mendalam akan mendapati bahawa perkara itu bukanlah tadarruj. Sebabnya, tidak ada hukum keatas khamr sebelum ayat pengharamannya diturunkan. Ertinya, sebelum itu khamr dibiarkan, atau maskût ‘anhu (didiamkan) meskipun mereka melakukannya, sampai turunnya ayat yang ketiga, ini diperkuat oleh hadits dari ‘Umar bin Khattab r.a:

Ketika turun ayat yang mengharamkan khamr, Umar berdoa; "Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang khamr dengan penjelasan yang memadai!" Maka turunlah ayat yang terdapat dalam surat Al Baqarah. Lalu Umar dipanggil dan ayat tersebut dibacakan kepadanya. Umar lalu berdoa lagi; "Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang khamer dengan penjelasan yang memadai!" Maka turunlah ayat yang terdapat dalam surat An Nisa`: 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk…'. Saat waktu shalat tiba, penyeru Rasulullah s.a.w menyerukan 'Janganlah kamu shalat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk'. Lalu Umar dipanggil dan ayat tersebut dibacakan kepadanya. Setelah itu, Umar berdoa lagi; "Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang khamr dengan penjelasan yang memadai!" Maka turunlah ayat yang terdapat dalam surat Al Maidah. Umar pun dipanggil dan ayat tersebut dibacakan kepadanya, ketika sampai  (Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu) , Lantas Umar r.a berkata; "Kami berhenti, kami berhenti!." 
(HR. An Nasa’i dalam Sunan Al Kubro, Ahmad dalam musnadnya, Al Hakim dalam Al Mustadrok, Abu Nu’aim dalam al Hilyah, Al Hakim menyatakan hadits ini shahih menurut syarat Bukhary dan Muslim, disepakati oleh Adz Dzahaby)

Pendiaman atas status hukum khamr ini dapat disimpulkan dari perkataan Umar bin Khattab ra yang berulang-ulang: ‘Wahai Allah, jelaskanlah bagi kami hukum khamr dengan penjelasan yang
memadai’. Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahawa hukum khamr didiamkan (maskût ‘anhu) meskipun para sahabat melakukannya. Saidina Umar terus memohon agar Allah menjelaskan hukum khamr dengan penjelasan yang memuaskan, dimana sebelum ini didiamkan kebolehannya sebelum turunnya ayat yang pertama. Beliau terus memohon meskipun telah diturunkan ayat yang pertama dan yang kedua. 

Antara bukti lain bahwa penerapan Islam tidak boleh bertahap adalah bahwa setelah khamr diharamkan (yang sebelum ini didiamkan, yang bererti boleh), maka tidak ada transisi/jarak waktu sedikitpun untuk penerapan hukum ini.

Ibnu Jarîr telah meriwayatkan dari Abû Buraidah dari bapaknya, beliau berkata; 

Ketika kami sedang duduk-duduk menikmati minuman di atas pasir, pada saat itu kami bertiga atau berempat. Kami memiliki kendi besar dan meminum khamr karena masih dihalalkan. Kemudian aku berdiri dan ingin menghampiri Rasulullah SAW. Lalu aku mengucapkan salam kepada beliau, tiba-tiba turunlah ayat tentang keharaman khamr:  "Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamr dan judi…, sampai akhir dua ayat yaitu: Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(TQS. [5]: 90)."

Maka aku datang kepada sahabat-sahabatku (yang sedang minum khamr) dan membacakan ayat tersebut kepada mereka sampai pada firman Allah: Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Dia (perawi hadits) berkata, “Sebagian di antara mereka minumannya masih ada di tangannya, sebagiannya telah diminum, dan sebagian lagi masih ada diwadahnya.” Dia berkata, “Sedangkan gelas minuman yang ada di bawah bibir atasnya, seperti yang dilakukan oleh orang yang membekam (gelasnya masih menempel di bibirnya), kemudian mereka menumpahkan khamr yang ada pada kendi besar mereka seraya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah berhenti.”

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita lihat bahawa para sahabat ketika itu terus berhenti apabila ayat keharaman khamr turun. Walaupun ada diantara mereka sedang membekam gelas tersebut. Para sahabat tidak bertahap-tahap dalam penerapan hukum tersebut. Malah mereka segera melaksanakan syariat tanpa sebarang bunyi.

Bukti yang lain adalah kisah-kisah futuhât yang dilakukan oleh para sahabat. Futuhât Islam dilakukan hanya dengan berjalan kaki. Pada masa itu banyak negeri-negeri dibuka. Pada waktu itu manusia berbondong bondong masuk ke dalam agama Allah. Kaum Muslim yang membuka negeri itu tidak mempedulikan ke-Islaman saudara-saudara mereka yang masih baru, dan tidak membiarkan mereka minum khamr melalui tahapan sebagaimana ‘tahapan’ yang telah dilewati dalam pengharaman khamr. Ertinya, setelah turun ayat pelarangan khamr, para sahabat tidak pernah membolehkan kaum muslim meminum khamr dengan alasan pelarangan khamr itu dilakukan secara bertahap. Hukum terakhir adalah hukum yang ditegakkan, bukan hukum yang telah dihapus atau diganti.

Sedangkan, keadaan pada masa itu sangat menuntut mereka untuk memberikan keringanan kepada saudara-saudaranya yang baru masuk Islam. Namun, para sahabat tetap melarang kaum muslim – meskipun baru masuk Islam—untuk meminum khamr. Ini menunjukkan bahwa, ketika mereka menerapkan hukum, mereka hanya berpatukan pada ayat yang terakhir turun, dan tidak melakukannya secara bertahap.

Wallahualam...


► Faham lebih...

Tadarruj Dalam Penerapan Hukum Islam

Assalamualaikum W.B.T..




Untuk posting kali ini, kami bawakan satu topik perbincangan iaitu tadarruj. Kami membahagikan posting ini kepada beberapa siri untuk memudahkan para pembaca. Ada sebahagian ulama kontemporari mengatakan tadarruj itu dibolehkan, sedangkan ada yang mengatakan sebaliknya. Setelah diperhatikan hujah yang diberikan secara mendalam dan jernih, kami dapati ketidakbolehan tadarruj lebih kuat. Disini kami bawakan hujah-hujah yang sering digunakan untuk membolehkan tadarruj dan juga respon menjawab hujah membolehkan tadarruj. Para pembaca yang bijak lagi arif boleh memberi komen maklum balas terhadap topik ini. 

Apakah yang dimaksudkan dengan tadarruj?

Tadarruj bererti melaksanakan hukum syara' yang dituntut secara berperingkat-peringkat. Dalam kata yang mudah, suatu pendekatan secara bertahap atau beransur-ansur dalam memastikan pelaksanaan hukum Islam dijalankan secara berkesan dan sempurna. Sesuatu hukum yang ingin dilaksanakan mengambil satu tahap, dua atau tiga malah lebih dari itu. 

Hujah yang digunakan membolehkan tadarruj.

Pertama : Allah mengharamkan khamr(minuman yang memabukkan) secara berperingkat bermula dari tidak haram kepada haram minum apabila hendak solat kepada haram secara total.

Allah SWT berfirman:
Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai arak dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya ada dosa besar dan pula beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfa`atnya". (TQS. Al Baqarah [2] : 219)

Firman Allah selainnya:
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hampiri sembahyang (mengerjakannya) sedang kamu dalam keadaan mabuk, hingga kamu sedar dan mengetahui akan apa yang kamu katakan. (TQS. An Nisa [4]: 43)

Kemudian firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(TQS. Al Maidah [5]: Ayat 90-91)

Kedua : Al Quran diturunkan secara berperingkat-peringkat selama lebih kurang 23 tahun. 

InsyaAllah pada posting yang seterusnya, kami akan menjawab kedua-dua hujah diatas.. Wallahualam..


Untuk melihat respon terhadap kedua-dua hujah diatas, klik link dibawah:
-Respon terhadap hujah pengharaman arak secara bertahap
-Respon terhadap hujah penurunan Al Quran secara bertahap

► Faham lebih...

JOM BERDAKWAH(SIRI 4): MASYARAKAT PERNAH MENOLAK RASULLULLAH




JOM BERDAKWAH(SIRI 4): MASYARAKAT PERNAH MENOLAK RASULLULLAH


booo..reject,reject

Jika kita perhatikan perjalanan hidup Rasullullah,maka kita akan mendapati fenomena yang sangat menarik.Pada awalnya masyarakat menolak Rasullullah,tetapi akhirnya mereka merindukannya.



Pada awalnya masyarakat membenci dakwah beliau kerana mereka BELUM FAHAM. Namun,beliau tidak mengenal lelah serta selalu memahamkan masyarakat secara terus menerus demi kebaikan mereka di kampong dunia dan di kampong akhirat.Rasullullah menyampaikan firman Allah,
”Sungguh telah datang kepada kalian keterangan yang nyata dari Tuhan kalian,petunjuk dan rahmat”(Al-An’am:157).

Namun mereka jesteru tersenyum sinis menolak Rasullullah.


lalala....x nak dengar

Rasullullah memahami betul bahawa penolakan mereka bukan kerana mereka tidak memerlukan dakwahnya.Akan tetapi kerana mereka belum faham.Walaupun ada juga sebahagian masyarakat yang sudah faham namun kerana takutkan kehilangan kedudukan lalu mereka menentang Rasullullah.

Rasullullah faham betul bahawa masyarakat memerlukan Allah,Rasul dan syariah-Nya.Dan seandainya Rasullullah berhenti daripada berdakwah,pasti mereka-mereka ini akan terkapai-kapai mencari rahmat sebenar dan yang lebih pasti sehingga kini nenek moyang kita tidak akan merasa nikmat Islam itu sendiri.
 
hanya aturan Pencipta yg layak untuk mahkluk-Nya


Hamzah,Umar dan anggota masyarakat yang lain mulai tersedar dari tidurnya yang panjang.

Marilah kita menelusuri kisah Utbah bin Rabiah ketika dia menawarkan hadiah yang mengiurkan kepada Rasullullah seandainya baginda menghentikan dakwahnya.Lantas Rasullullah menjawab tawaran Utbah yang mengiurkan dengan membacakan surah Fushilat 1-5

Haa, Miim (Fussilat:1)


Turunnya Kitab ini dari Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
(Fussilat :2)

Sebuah Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya satu persatu; iaitu Al-Quran yang diturunkan dalam bahasa Arab bagi faedah orang-orang yang mengambil tahu dan memahami kandungannya.
(Fussilat:3)
                                 
Ia membawa berita yang mengembirakan (bagi orang-orang yang beriman) dan membawa amaran (kepada orang-orang yang ingkar); dalam pada itu kebanyakan mereka berpaling ingkar (tidak mahu mengetahui dan memahaminya), maka dengan sebab itu mereka tidak menerima dan tidak mematuhinya.
(Fussilat:4)  

Dan mereka berkata: "Hati kami dalam tutupan yang berlapis-lapis (menghalang kami) daripada memahami apa yang engkau serukan kami kepadanya, dan pada telinga kami penyumbat (menjadikan kami tidak dapat mendengarnya), serta di antara kami denganmu ada sekatan (yang memisahkan fahaman kita); oleh itu, bekerjalah engkau (untuk agamamu), sesungguhnya kami juga tetap bekerja (untuk mempertahankan kepercayaan kami)! "
(Fussilat:5)
Setelah mendengar ayat itu,Utbah mengalami perubahan 180 darjah.Dia menyatakan,”Tidak pernah aku mendengar satu perkataan yang demi Allah,tidak pernah kudengar yang seperti itu sama sekali.Demi Allah itu bukanlah syair,bukan ucapan sihir.


Wahai orang quraisy! Turutilah aku dan serahkanlah masalah ini padaku.Biarkanlah orang ini(Muhammad) dengan urusannya dan hindarilah ia.Demi Allah,perkataannya yang kudengar tadi benar-benar menjadi berita besar.Jika bangsa Arab menerimanya, maka dengan kehadirannya, kalian tidak memerlukan lagi bangsa lain. Jika ia dapat menguasai bangsa Arab,maka kekuasaannya akan menjadi kekuasaan kalian pula dan kemuliaannya akan menjadi kemuliaan kalian. Jadilah kalian orang-orang yang paling bahagia kerananya. 

Bahkan orang-orang quraisy yang paling memusuhi baginda pun akhirnya tertanya-tanya pada diri mereka sendiri,”Benarkah bahawa dia(Muhammad) mengajak pada agama yang lurus?”


Kemudian,mereka mulai sedar sedikit demi sedikit akan keperluan mereka yang hakiki. Mereka mulai sedar bertapa pentingnya dakwah Rasullullah. Mereka mulai faham terhadap penting dan nikmatnya hidup dibawah naungan sistem Islam.

kenapa aku tak bahagia dgn sistem jahiliyah nie??
Saat ini sebenarnya masyarakat sedang menunngu Anda. Sebab Anda lah yang membawa kebenaran Islam. Anda lah orang yang ikhlas yang berjuang semata-mata kerana Allah. Anda lah orang yang faham kemana seharusnya masyarakat diarahkan. 

please...save me!!!
Mereka sangat mendambakan huluran tangan Anda untuk mengeluarkan mereka dari kubangan jahiliyah menuju cahaya Islam yang terang. Mereka sangat merindukan kehadiran Anda untuk memerlukan mereka dari sistem jahiliyah(komunisme,demokrasi & etc) untuk menuju sistem yang dibangun berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasull-Nya.
Anda lah orang yang dirindukan.







 
 
 






 


  



► Faham lebih...

GASIM

Gabungan Siswa Siswi Intelek Muslim

Terbuka mata

Manusia Terjaga

Patuk mematuk

Credit

 
▲ Terbang ▲